My Profil

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Don't forget follow my blog and join me on facebook 'Nha Jossan' :))

Rabu, 14 Maret 2012

Secarik untukmu

Tta mungkin kan terlupa .. jauh di dalam hati, tanpa sadar kau telah menggantikan dirinya yang dulu ada . Dulu memang dia, dulu ada dia, dan dulu memang hanya dia meski banyak yang coba menggantikannya . Tapi kini kaulah yang ada, kaulah yang mampu menggantikannya, kaulah yang mampu membuatku melupakannya . Wahai engkau yang disana .. tolong jangan buatku terjatuh seperti halnya dulu ketika aku dibuat jatuh olehnya . Wahai engkau yang disana .. tolong jangan coba kau redupkan cahaya terang ini, jangan kau coba lukiskan sebuah luka yang kecil namun mungkin kan tetap ada hingga nanti hingga suatu saat aku menemukan cahaya yang benar - benar terang dan lebih terang darimu . Meski akupun tahu bahwa hanya takdir yang dapat membuat kita bersatu dan berpisah, namun tolong dengarkanlah aku wahai engkau yang disana .. mudah bagiku mendapatkan siang, namun di tengah siang yang cerah sulit dan sangat sulit untukku menemukan cahaya . Jikapun aku telah menemukan cahaya di siang yang cerah, pastilah akan ku genggam cahaya itu meskipun sulit, dan jikapun aku telah menemukan cahaya di tengah cerahnya siang, sungguh tta akan aku menginginkan malam datang dan tta akan pula aku mencari cahaya lain . Untuk itu, wahai engkau yang disana .. tetaplah bersinar untuk aku, tetaplah menjadi cahaya yang dapat ku lihat meskipun terangnya siang itu ada, janganlah menjadi malam yang membuatku tta bisa lagi melihat cahaya itu . 

Kamis, 01 Maret 2012

Ibu Bermata Satu

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya, Sungguh memalukan. Ia menjadi juru masak di sekolah, untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika aku masih SD, ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini ? Aku memandangnya dengan penuh kebencian dan melarikan.

*  Keesokan harinya di sekolah ..

“Ibumu hanya punya satu mata !!? iiiiuuuhh" jerit seorang temanku. Aku berharap ibuku
lenyap dari muka bumi. Ujarku pada ibu “Bu .. mengapa Ibu tidak punya satu mata lainnya ? Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja !!” Ibuku tidak menyahut.

Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang bersamaan, lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan selama ini .. mungkin karena Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak berpikir sama sekali bahwa perasaannya sangat terluka karenaku.

* Malam itu ..

Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Aku melihat Ibuku sedang 
menangis tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya, aku memandangnya sejenak dan kemudian berlalu. Akibat perkataanku tadi, hatiku tertusuk. Walaupun begitu, aku membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu matanya. Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sukses.

Kemudian aku belajar dengan tekun, kutinggalkan ibuku dan pergi ke Singapura untuk menuntut ilmu.
Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun memiliki anak. Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku. Kebahagian ini bertambah terus dan terus, hingga suatu ketika .. 
Apa ??  Siapa ini ?!!
Ternyata itu ibuku .. masih dengan satu matanya. Seakan-akan langit runtuh menimpaku.
Bahkan anak - anakku berlari ketakutan, ngeri melihat mata Ibuku. Kataku “Siapa kamu ? 
Aku tak kenal dirimu !!” Untuk membuatnya lebih dramatis, aku berteriak padanya “Berani - beraninya kamu datang ke sini dan menakuti anak - anakku !!” .
“KELUAR DARI SINI ! SEKARANG !!” .
Ibuku hanya menjawab perlahan “Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat” dan ia pun 
berlalu. Untung saja .. ia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega. Aku tak peduli lagi. Akupun  menjadi sangat lega.

Suatu hari, sepucuk surat undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Singapura. Aku berbohong pada istriku bahwa aku ada urusan kantor. Akupun pergi ke sana. Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut rumah .. hanya ingin tahu saja.
Di sana, kutemukan ibuku tergeletak di lantai yang dingin. Namun aku tak meneteskan air mata sedikit pun. Ada selembar kertas di tangannya .. sepucuk surat untukku. Perlahan ku dekati dan ku baca goresan tinta di atas kertas itu .
“Anakku .. kurasa hidupku sudah cukup panjang .. dan aku tidak akan pergi ke Singapura lagi .. namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku sesekali ? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu kau akan datang ke reuni itu. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi kau. Dan aku minta maaf karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku. Kau tahu, ketika kau masih sangat kecil kau mengalami kecelakaan dan kehilangan satu matamu.  Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata .. maka aku berikan mataku untukmu .. aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia  untukku, di tempatku, dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu. Ketika kau marah padaku .. aku hanya membatin sendiri". 
Dengan refleks air mataku pun menetes membasahi kedua pipiku .. aku tersadar bahwa itu 
semua ia lakukan karena ia mencintaiku.



*****
Pesan ini memiliki arti yang mendalam dan disebarkan agar orang ingat bahwa kebaikan
yang mereka nikmati itu adalah karena kebaikan orang lain secara langsung maupun tak langsung. Berhentilah sejenak dan renungi hidup Anda ! Bersyukurlah atas apa yang Anda miliki sekarang dibandingkan apa yang tidak dimiliki oleh jutaan orang lain ! Luangkan waktu untuk mendoakan ibu Anda dan introspeksi diri Anda !